Jumat, 11 September 2009

Tantrum

Andi menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai karena menuntut ibunya untuk membelikan mainan mobil-mobilan di sebuah hypermarket di Jakarta? Ibunya sudah berusaha membujuk Andi dan mengatakan bahwa sudah banyak mobil-mobilan di rumahnya. Namun Andi malah semakin menjadi-jadi. Ibunya menjadi serba salah, malu dan tidak berdaya menghadapi anaknya. Di satu sisi, ibunya  tidak ingin membelikan mainan tersebut karena masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Namun disisi lain, kalau tidak dibelikan maka ia kuatir Andi akan menjerit-jerit  semakin lama dan keras, sehingga menarik perhatian semua orang dan orang bisa saja menyangka dirinya adalah orangtua yang kejam. Ibunya menjadi bingung....., lalu akhirnya ia terpaksa membeli mainan yang diinginkan Andi. Benarkah tindakan sang Ibu?
Temper Tantrum
Kejadian di atas merupakan suatu kejadian yang disebut sebagai Temper Tantrums atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (limabelas) bulan sampai 6 (enam) tahun.
Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah.
Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit",
dengan ciri-ciri sebagai berikut
1.     Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.
2.     Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.
3.     Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
4.     Moodnya(suasana hati) lebih sering negatif.
5.     Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.
6.     Sulit dialihkan perhatiannya.
Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia:
1.   Di bawah usia 3 tahun:
  • Menangis
  • Menggigit
  • Memukul
  • Menendang
  • Menjerit
  • Melengkungkan punggung
  • Melempar badan ke lantai
  • Memukul-mukulkan tangan
  • Menahan nafas
  • Membentur-benturkan kepala
  • Melempar-lempar barang
  • Memekik-mekik
2.   Usia 3 - 4 tahun:
  • Perilaku-perilaku tersebut diatas
  • Menghentak-hentakan kaki
  • Berteriak-teriak
  • Meninju
  • Membanting pintu
  • Mengkritik
  • Merengek
3.   Usia 5 tahun ke atas
  • Perilaku- perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas
  • Memaki
  • Menyumpah
  • Memukul kakak/adik atau temannya
  • Mengkritik diri sendiri
  • Memecahkan barang dengan sengaja
Mengancam
Faktor Penyebab
Adabeberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Tantrum. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.
Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya, anak mungkin saja memakai cara Tantrum untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal
2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri
Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam bentuk Tantrum
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan
4. Pola asuh orangtua
Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan Tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa Tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku Tantrum. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak Tantrum. Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan  orangtua yang seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi Tantrum ketika orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak bisa jadi akan Tantrum agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan dari kedua orangtua
5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.  
6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman (insecure).  
Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996) banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode Tantrum pasti berakhir.  Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku Tantrum adalah bahwa dengan Tantrum anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrum sebaiknya harus dipuji dan  disemangati (encourage). Jika orangtua membiarkan Tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia Tantrum, seperti ilustrasi di atas) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). Dengan bertindak keliru dalam menyikapi Tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.
Pertanyaan sebagian besar orangtua adalah bagaimana cara terbaik dalam menyikapi anak yang mengalami Tantrum. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kami mencoba untuk memberikan beberapa saran tentang tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk mengatasi hal tersebut. Tindakan-tindakanini terbagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:  
1.     Mencegah terjadinya Tantrum
2.     Menangani Anak yang sedang mengalami Tantrum
3.     Menangani anak pasca Tantrum
Langkah pertama untuk mencegah terjadinya Tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia tidak Tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil.  
Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya lho!!!) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk.
Langkah kedua dalam mencegah Tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?  
Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun.
Jika Tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:
1.     Memastikan segalanya aman.Jika Tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Selama Tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama Tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.

2.     Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.

3.     Tidak mengacuhkan Tantrum anak (ignore).Selama Tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan Tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usaha menghentikan Tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama Tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.

4.     Jika perilaku Tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta.Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint (dengan berkata: "kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih"; "kamu kansudah besar, jangan seperti anak kecil lagi dong"), kalau ingin mengatakan sesuatu, cukup misalnya dengan mengatakan "mama/papa sayang kamu", "mama ada di sini sampai kamu selesai".  Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak (abandon) dia.
Ketika Tantrum Telah Berlalu
Saat Tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika Tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.
Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.
Setelah Tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi Tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah Tantrum berikutnya.
Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai  atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah Tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika Tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi Tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal. _
_,_._,___
Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi Tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa orangtualah yang punya peranan untuk membimbing  anak dalam mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar Tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa saran diatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu/ayah muda yang belum memiliki pengalaman mengasuh anak. Selamat membaca, semoga bermanfaat.(jp)

Stimulasi yang tepat akan mengoptimalkan tumbuh kembang bayi

Apakah saat usia 1 bulan bayi Anda sudah bisa menggerakkan kaki dan tangan ke atas? Atau menginjak usia 2 bulan sudah bisa mengangkat kepala saat ditelungkupkan? Bila ya, berarti perkembangan motorik kasarnya terbilang baik.
Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Pada bayi berupa gerakan menendang, menjejak, meraih, mengangkat leher, dan menoleh. Pertumbuhan kemampuannya harus terus dipantau dan distimulasi agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal.
Pemantauan ini sebenarnya bisa dilakukan setiap hari di rumah dengan melihat panduan dan perkembangan motorik halus adaptif.
Yang harus dipahami, tahap perkembangan motorik kasar memiliki kurun waktu perkembangan yang harus dilalui berurutan. Misalnya, untuk mampu berdiri bayi harus mampu duduk lebih dulu. Untuk mampu duduk, bayi harus bisa menegakkan kepalanya dahulu. Begitu juga dengan kemampuan berjalan, harus bisa bangun untuk berdiri dan merambat dulu.
URUTAN
* Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring
Sejak lahir bayi sudah memiliki refleks untuk menggerakkan kaki dan tangannya secara sederhana. Menginjak usia 1 bulan dia mulai belajar menggerakkan kaki dan tangannya ke atas. Stimulasi dia dengan menggantungkan mainan warna-warni dan berbunyi. Dia akan tertarik untuk menggapainya dengan kaki atau tangan. Atau bisa juga menstimulasinya dengan mengajak bermain sambil menggerak-gerakkan tangan dan kakinya.
* Mengangkat kepala telungkup
Mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bisa dilakukan bayi usia 2 bulan. Namun tidak menutup kemungkinan jika sebelum usia 2 bulan, bahkan 1 bulan, si kecil sudah bisa melakukannya. Stimulasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggoyangkan mainan yang berbunyi di atas kepalanya. Kita juga dapat merangsangnya dengan memanggil namanya dari arah depan atau membelai kepala dan leher belakangnya.
* Memiringkan badan saat berbaring
Memiringkan badan umumnya sudah dapat dilakukan bayi usia 3-4 bulan. Latihlah gerakan ini dengan membunyikan mainan dari arah samping atau memanggil namanya. Jika bayi melakukannya, biarkan dia berusaha mengambil mainan yang ada di tangan kita. Orangtua dapat menstimulasinya sesering mungkin secara bergantian antara sisi kiri dan kanan.
* Telungkup sendiri
Bayi berusaha untuk telungkup sendiri umumnya dapat dilakukan di usia 4-5 bulan. Mungkin dia belum dapat melakukannya dengan baik hingga butuh bantuan orangtua. Misalnya saat bayi mulai miring ke kanan, letakkan kaki kirinya ke depan. Begitu sebaliknya. Agar usaha telungkupnya berlanjut, goyangkan/bunyikan mainan di depan posisi bayi saat miring. Biasanya bayi akan tertarik untuk menggapai mainan yang mengeluarkan bebunyian tadi hingga lambat laun dia akan telungkup.
Kita dapat menstimulasinya berulang kali sampai dia bisa melakukannya sendiri. Saat telungkup, rangsanglah dengan membunyikan mainan dari atas atau depan supaya dia mengang-kat kepalanya. Hal ini untuk melatih kekuatan otot lehernya yang diperlukan saat dia duduk.
* Duduk
Di usia 4-6 bulan bayi belum bisa duduk sendiri, namun orangtua sudah bisa memosisikannya duduk saat si kecil digendong atau diletakkan di kereta bayi. Sering-seringlah melakukannya karena posisi ini dapat melatihnya untuk mampu duduk sendiri meski cuma sebentar tanpa dibantu di usia 6-7 bulan. Lalu di usia 8 bulan sudah dapat duduk lebih kurang 10 menit dan akhirnya di usia 9-10 bulan sudah dapat duduk sendiri.
Agar bayi senang melakukannya, ajaklah ia berinteraksi dengan aneka mainan. Umumnya bayi sangat senang melaku-kannya karena dia bisa bermain dan bercanda lebih leluasa. Selain dapat menikmati pemandangan lebih luas.
* Merangkak
Kemampuan merangkak umumnya dapat dilakukan bayi di usia 8-10 bulan meski beberapa bayi sudah dapat melakukannya di usia 6-7 bulan. Tetapi tidak semua bayi bisa merangkak atau melalui tahapan kemampuan merangkak ini sebelum ia berdiri dan berjalan. Meskipun demikian tak masalah karena mungkin kemampuannya langsung meningkat ke tahapan berdiri dan berjalan.
Tak masalah juga bila kita ingin menstimulasi bayi untuk merangkak. Caranya, berikan kesempatan bayi untuk berada di lantai yang bersih. Letakkan mainan favorit atau benda menarik di depannya. Tentu dalam melakukannya, pastikan semuanya aman. Saat pertama melatihnya, gunakan matras.kerikil, dan sebagainya.
Berikan semangat kepadanya meskipun awalnya dia hanya menggeser posisinya sedikit dengan perut atau posisinya malah mundur ke belakang. Jangan lupa, setelah dia berhasil melakukannya, berilah pujian dengan kata-kata dan tepuk tangan.
* Berdiri
Di usia 4-5 bulan, bayi sangat senang bila diberdirikan di atas pangkuan kita. Soalnya, dia dapat merasakan posisi yang lain selain berbaring atau duduk. Kesenangannya ini sering ditunjukkan dengan tingkahnya yang menaik-turunkan tubuhnya.
Namun, berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya di usia 9 bulanan lalu di usia 10-12 bulan dia sudah mulai berdiri tanpa bantuan. Saat belajar berdiri, orangtua bisa menstimulasinya dengan mengacungkan kedua tangannya di depan si kecil. Hal ini berguna untuk menariknya supaya berpegangan dan berdiri. Atau agar anak rajin melakukan aktivitas ini kita bisa menaruh mainan kegemarannya di tempat yang bisa dijangkau anak.
* Berjalan
Meskipun beberapa bayi sudah bisa berjalan sebelum menginjak usia 1 tahun, namun berdasarkan penelitian umumnya anak dapat berjalan di rentang usia 13-15 bulan. Stimulasi yang pas dapat membuatnya lebih cepat berjalan. Caranya, dengan memperlihatkan mainan menarik sewaktu ia berdiri hingga memotivasi/merangsangnya untuk melangkah. Sering menitahnya pun dapat membuatnya lebih cepat terampil berjalan. Atau bantu ia berjalan dengan berpe-gangan pada kursi dan meja yang kokoh. Jika dia mulai bisa berjalan, cobalah minta ia untuk mengayunkan kaki 1-2 langkah. Misalnya, dengan meminta ia berjalan menuju ayahnya yang terpisah 2-3 langkah di depan dan siap memeluknya. Awalnya, mungkin dia akan takut, namun bila terus dilatih dia akan berani melakukannya. Buatlah suasana riang agar anak tertarik melakukannya.
TAK SAMA
Yang harus diingat, tidak semua anak memiliki perkembangan kemampuan yang sama. Ada yang lebih cepat, ada juga yang lambat. Jadi, ketika kita mendapati kemampuan anak tidak sesuai dengan tes Denver, jangan terburu-buru menilainya mengalami kelainan. Sangat mungkin dia hanya kurang mendapat stimulasi sehingga kemampuannya tidak terasah secara optimal.
Kasus-kasus seperti ini biasa terjadi pada bayi yang orangtuanya overprotektif dan kelewat rajin melarang ini dan itu. Nah, agar kemampuan motorik kasar bayi terasah baik, selain memberikan stimulasi, orangtua hendaknya memberi kebebasan kepada anak untuk memaksimalkan berbagai kemampuannya. Kalaupun ternyata ada sedikit gangguan pada motorik kasarnya, jangan tunda-tunda untuk segera memastikan ke ahlinya hingga bisa secepatnya menjalani fisioterapi.
JIKA KURANG TERAMPIL
Ada kalanya stimulasi saja tidak cukup untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar bayi. Berarti ia tengah mengalami persoalan. Apa sajakah itu? Cek faktor-faktor berikut ini:
* Kecukupan gizi
Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar pertumbuhan fisik anak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motoriknya pun akan terasah dengan baik. Sebaliknya, kondisi gizi yang kurang/buruk tentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan kemampuannya secara umum. Contohnya kalau anak mengalami masalah penyerapan makanan di ususnya, namun orangtua tidak sungguh-sungguh menanganinya. Ketertinggalan pertumbuhan fisik akibat tidak tercukupinya kebutuhan gizi tentu akan berimbas pada kemampuan motorik anak. Kalau di usia 7-8 bulan lazimnya anak sudah bisa duduk sendiri, maka anak yang mengalami keterlambatan perkembangan mungkin hanya mampu duduk beberapa saat dan itu pun masih harus bersandar dan ditopang sepenuhnya.
* Kematangan otot
Ada bayi yang memiliki gangguan kematangan otot dan ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kemampuan motorik kasarnya. Bila demikian akan sulit pula menstimulasinya karena otot-ototnya yang belum matang tidak bisa digunakan dengan paksa. Yang perlu dilakukan hanyalah memberikan fisioterapi dan terapi okupasi ditambah terapi obat-obatan jika memang dianggap perlu.
* Berat tubuh
Berat tubuh berlebihan amat berkemungkinan membuat bayi jadi sulit mengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Yang perlu dilakukan adalah menjaga asupan makan si kecil agar BB-nya mendekati angka ideal sehingga ia bisa lebih nyaman bergerak. Tentu saja mengenai hal ini orangtua wajib mengonsultasikannya ke dokter.
* Kenyamanan
Kekurangnyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh bayi, contohnya bedong dan kaus kaki. Terkadang bayi jadi sulit menggerakkan kaki karena terikat bedong atau enggan melangkah karena kaus kakinya yang licin sering membuatnya gampang terjatuh. Saat mengajaknya belajar berjalan, sebaiknya lepaskan kaus kaki dan kenakan sepatu/kaus yang tidak licin.
* Pengalaman negatif
Misalnya saat belajar merangkak si kecil pernah terjatuh yang membuat gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya trauma dan enggan melakukan latihan sehingga kemampuannya jadi terlambat muncul. Pengalaman negatif lainnya adalah paksaan dari orangtua lewat hentakan dan tarikan yang dapat membuatnya enggan berlatih.
* Sakit
Bayi sering mengalami sakit, di antaranya infeksi telinga, batuk, pilek maupun radang tenggorokan yang akan membuat perkembangan motoriknya terlambat dibanding bayi seusianya. Ini bisa dimaklumi karena energinya untuk tumbuh dan bergerak sudah terserap untuk menghalau penyakitnya maupun untuk pemulihan. Dia baru akan melakukannya bila sudah merasa lebih baik.

Sejarah sensori Integrasi

Sejarah sensori Integrasi
Diabad ke-17 seorang filsuf dan ilmuwan prancis “Rene Docrates” meyakini bahwa pikiran (mind) dan tubuh harus dilihat secara terpisah. Dahulu penanganan terhadap manusia dilakukan seperti mesin, yang dapat dipisahkan lagi dipasang kembali jika struktur dan fungsinya secara ilmiah dapat dipahami.
Occupation didefinisikan sebagai aktifitas yang familiar dan dilakukan manusia secara rutin. Yang diklasifikasikan dalam beberapa bagian ; bekerja/produktifitas, bermain, leisure (aktifitas waktu luang) dan self care (mempertahankan keberadaan dirinya dalam lingkungan sosial).
Ayres mengembangkan teori SI untuk menjelaskan masalah penginterpretasian sensasi dari tubuh dan lingkungan serta kesulitan pada aktifitas akademik dan motor learning dalam memenuhi tuntutan lingkungan yang mempengaruhi manusia untuk melakukan occupation.
Sensori Integrasi adalah......
Setiap detik, menit dan jam tak terhitung berapa banyak informasi sensori yang masuk kedalam tubuh manusia. Tidak hanya dari telinga dan mata, tapi dari seluruh bagian tubuh. Sensori tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik tubuh dan lingkungan disekitar.
Otak berperan sebagai polisi lalu lintas yang mengatur jalur informasi yang masuk dan mengaturnya dengan cara yang tepat. Otak juga menggunakan informasi tersebut untuk menentukan respon terhadap perubahan lingkungan.
Saat seorang anak duduk diatas ayunan, ia akan tahu keberadaan posisi tubuhnya saat duduk, jika terlalu maju kedepan ia akan berhenti sebentar untuk membetulkan posisi duduknya. Jika ayunan bergerak terlalu cepat ia akan mengurangi kecepatan ayunannya dan jika dirasa kurang ia akan menggunakan kakinya untuk mengayunkan badannya dibantu dengan kemampuan dirinya menjaga postur tubuh terhadap perubahan kecepatan tersebut.
Dalam hal ini informasi sensori sebagai “makanan bagi otak“ yang menyediakan energi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengarahkan tubuh (body)dan pikiran (mind). Tanpa kemampuan prosesing yang cukup untuk mengorganize sensori semua hal tersebut tidak dapat dicerna sebagai makanan bagi otak.
saat sedang mengupas suatu buah dengan jari, mata merasakan sedikit perih saat kulitnya terbuka dan hidung mencium aroma yang khas dan kulit dan persendian tangan merasakan sesuatu yang empuk-berair dari dalam buah itu, dan saat mulut memakannya ada rasa manis-manis asam. Bagaimana anda dapat mengetahui jika buah tersebut adalah jeruk??? Dan apa yang membuat jari dan 10 tangan bekerja bersamaan???. Semua informasi sensori dari jeruk dan sensasi yang tubuh rasakan semuanya terpadu (terintegrasi) dalam satu tempat di otak. Dengan pengintegrasian ini memungkinkan otak untuk mendefinisikan buah tersebut adalah jeruk.
Sensori integrasi termulai saat janin berada dalam kandungan, yang merasakan gerakan sang ibu dan pada saatnya ia akan bergerak didalam janin. Pada seorang bayi jika mendapat sentuhan di area sekitar bibir dan mulut ia akan menggerakan kepalanya kearah sumber sentuhan yang akhirnya ia menyusu pada sang ibu, saat ia menangis suara merdu sang ibu serta ayunan ringan saat dalam pelukan membuatnya dapat tenang kembali. Apa yang menyebabkan proses tersebut terjadi???
Respon terhadap perubahan (respon adaptif) lingkungan memiliki tujuan dan terarah terhadap pengalaman sensori yang terjadi. Masa kanak-kanak adalah masa untuk bermain dan belajar, keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Dengan itu akan tertantang untuk mengeksplorasi lingkungan dan menguasai kemampuan tertentu yang didapatnya dari lingkungan. Pada saat yang sama juga otak terus berkembang dan mengatur dirinya.
Saat kebutuhan akan pengintegrasian sensori berjalan sejajar dengan tuntutan lingkungan. Seorang anak dapat merespon secara efisien, kreatif dan memuaskan pada saat-saat menyenangkan dalam bermain. Kata “menyenangkan” adalah kata kunci dalam sensori integrasi, yang memiliki andil besar saat bermain.
Manusia cenderung menikmati sesuatu hal yang menciptakan perkembangan pada otak. Sesuatu yang natural jika sang anak mencari informasi sensori yang membantu otak untuk berkembang. Merupakan suatu alasan mengapa anak senang diangkat keatas, berayun, dipeluk, memanjat, berlari, melompat. Mereka bergerak karena merupakan kebutuhan akan makanan bagi otaknya.
Masalah Sensori Integrasi
Arti kata “masalah” dapat diartikan juga kurang berfungsi. Yang artinya otak memiliki kesulitan untuk melakukan fungsinya secara efisien sebagai mestinya. Kata “sensori” berarti terjadi inefisiensi kemampuan otak dalam memproses informasi dari sistem sensori.Yang menyebabkan kesulitan bagi sang individu untuk mengetahui keberadaan dirinya dan hubungannya dengan lingkungan.
Seperti kota yang memiliki sarana dan prasarana fasilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Jika salah satu bagian memiliki masalah akan mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Saat terjadi fenomena alam gempa bumi semua fasilitas yang menunjang kelangsungan hidup masyarakat dan merusak tatanan yang selama ini dibangun.
Dengan permasalahan SI, anak mengalami kesulitan untuk menguasai kemampuan tertentu, yang mnghambatnya untuk bereksplorasi, kreatif dan mengorganize dirinya saat berada di lingkungan.
Prilaku defensive membuat anak merasa sangat berhati-hati untuk menerima informasi sensori. Dunia seakan menakutkan, karena kesulitan untuk dapat memproses semua sensori yang diterima tubuhnya. Mekanisme protektif lebih dominan dibandingkan mekanisme diskriminatif.
Suatu hal yang lumrah jika tubuh bereaksi terhadap sesuatu pengalaman sensori yang asing atau dianggap membahayakan bagi dirinya (mekanisme protektif). Saat sedang menyetir mobil dimalam hari akan menjadi saat-saat yang menegangkan jika seseorang menggedor-gedor kaca pintu. Rasa takut dan kebingungan membuat panik dan bingung harus berbuat apa. Selang beberapa lama perlahan tubuh mulai mampu bereaksi untuk mengenali sosok orang yang menggedor kaca tersebut dan perlahan mengenali suaranya (mekanisme diskriminatif). Ternyata adalah suami/istri anda yang mengatakan dompet anda tertinggal di meja makan. :-))
Seiring dengan proses perkembangan kedua mekanisme tersebut berjalan secara selaras. memudahkan tubuh untuk merespon dan otak untuk mengatur jalannya pemrosesan sensori, sehingga anak dapat terus belajar dan mengembangkan dirinya.
Prilaku mencari stimulasi sensori tertentu membuat anak kesulitan untuk melakukan proses belajar karena kesibukannya mendapatkan informasi sensori sebagai “makanan otak” namun tidak seimbang porsinya.
Sensori Integrasi membantu untuk menjelaskan permasalahan untuk melakukan aktifitas yang berhubungan dengan permasalahan sensori yang dimunculkan dengan melihat juga aset dan limitasi yang dimiliki. Sehingga terformulasikan strategi penanganan yang sesuai dengan keunikan anak sebagai suatu individu.

BEHAVIOUR BIOMEDIS

Setelah menghindari makanan tertentu seperti coklat, keju dan makanan sejenisnya perilaku emosi, gangguan tidur dan gangguan konsentrasi si Udin secara drastis membaik. Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian gangguan perilaku anak terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terahkir ini. Gangguan perilaku tersebut seperti gangguan konsentrasi, gangguan belajar, gangguan emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi, hiperaktif (ADHD) dan Autisme. Belakangan banyak penelitian mengungkapkan beberapa jenis makanan dengan mekanisme tertentu ternyata sangat mempengaruhi gangguan fungsi otak dan perilaku anak.

Dr Widodo Judarwanto SpA, dari Behaviour Biomedis Clinic atau klinik Biomedis Gangguan Perilaku mengungkapkan telah melakukan penelitian terhadap 95 anak dengan gangguan saluran cerna dan gangguan perilaku. Setelah dilakukan penghindaran makanan tertentu ternyata gangguan saluran cerna dan gangguan perilaku seperti gangguan emosi, perilaku agresif, keterlambatan bicara, gangguan tidur dan beberapa gejala yang ada dalam penderita Autism terdapat perbaikan secara drastis. Penelitian tersebut sempat mendapat penghargaan “Outreach Award” dalam Worls Congress Gastroenterology Hepatology Nutrition, di Paris Perancis.

Widodo menambahkan, reaksi simpang makanan terjadi pada kelainan bawaan atau genetik seperti alergi makanan, penyakit celiac, intoleransi makanan dan sebagainya biasanya bersifat kronis atau berlangsung lama. Gangguan perilaku yang diduga bersifat genetik seperti Autism, ADHD dan gangguan perilaku lainnya juga sangat berkaitan dengan gangguan metabolisme makanan dan pemberian makanan tertentu. Gangguan susunan saraf pusat atau otak tersebut dapat berupa neuroanatomis dan neurofisiologis. Gangguan neuroanatomis karena makanan biasanya sudah tampak sejak bayi. Pada bayi tampak lebih sensitif, sering mudah kaget dengan rangsangan suara atau cahaya, gemetar terutama tangan, kaki dan bibir, bahkan sampai epilepsi atau kejang. Pada anak yang lebih besar tampak sering sakit kepala, vertogo, migrain, nigtagmus (mata juling) atau ticks (mata sering berkedip). Selain gangguan neuroanatomis reaksi simpang makanan dapat mengganggu fungsi neurofisiologis seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi, ADHD hingga memperberat gejala Autisme.

Bagaimana makanan dapat mengganggu susunan saraf pusat ? Widodo menjelaskan bagaminan mekanisme tersebut dapat terjadi masih belum banyak terungkap. Namun ada beberapa teori mekanisme yang bisa menjelaskan, diantaranya adalah teori teori gangguan perut dan otak (Gut Brain Axis), pengaruh metabolisme sulfat, gangguan organ sasaran, dan pengaruh reaksi hormonal pada alergi. Teori gangguan pencernaan berkaitan dengan sistem susunan saraf pusat saat ini sedang menjadi perhatian utama.

Teori inilah juga yang menjelaskan tentang salah satu mekanisme terjadinya gangguan perilaku seperti autism melalui Hipermeabilitas Intestinal atau dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Kekurangan ensim Dipeptidalpeptidase IV (DPP IV). pada gangguan pencernaan ternyata menghasilkan zat caseo morfin dan glutheo morphin (semacam morfin atau neurotransmiter palsu) yang mengganggu dan merangsang otak.

Teori pelepasan opioid (zat semacam opium) ikut berperanan dalam proses di atas. Hal tersebut juga sudah dibuktikan penemuan seorang ahli pada binatang anjing. Setelah dilakukan stimulasi tertentu pada binatang anjing, ternyata didapatkan kadar opioid yang meningkat disertai perubahan perilaku pada binatang tersebut.

GEJALA REAKSI SIMPANG MAKANAN YANG HARUS DIWASPADAI
Widodo mengingatkan bahwa reaksi makanan tersebut tidak terjadi pada semua orang. Harus diwaspadai gangguan saluran cerna sejak dini. Beberapa gejala gangguan saluran cerna tersebut sebenarnya sudah tampak sejak lahir.

Sejak usia awal kehidupan tampak bayi sering rewel, kolik/menangis terus menerus tanpa sebab pada malam hari, sering cegukan, sering “berak geden”, kembung, sering gumoh, berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah.

Sering mengalami ganguan Luang air besar, bisa sulit Luang air besar (tidak tiap hari) atau sering buang air besar. Lidah berwarna putih (“like moniliasis symtomp”) dan drooling (ngiler). Penderita gangguan reaksi makanan ini sering terjadi pada anak dengan riwayat lahir prematur dan penderita hernia umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.

Tampilan klinis gangguan saluran cerna pada anak yang lebih besar juga harus diperhatikan secara cermat, demikian ungkap widodo. Gangguan tersebut adalah gangguan nyeri perut, sering buang air besar (>2 kali/perhari), gangguan buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering buang angin (flatus), sariawan, mulut berbau.

Nyeri perut, sering diare, kembung, sering mual atau muntah, konstipasi (sulit berak) , kelaparan, haus, saliva (air liur) meningkat, canker sores (sariawan), stinging tongue (lidah terasa pedih), drooling (ngiler), nyeri gigi, burping (sendawa), retasting foods, gejala sakit mag (nyeri perut ulu hati, muntah, mual, “gelegekan”), swallowing difficulty (kesulitan menelan), abdominal rumbling (perut keroncongan), konstipasi (sulit buang air besar), nyeri perut,
passing gas (sering buang angin), timbul lendir atau darah dari rektum, anus gatal atau panas.

Bila terjadi gangguan saluran cerna sering disertai kesulitan makan atau gangguan motorik kasar oral (sulit mengunyah langsung ditelan).

Reaksi simpang makanan sering disertai dengan gangguan kulit. Pada bayi sering timbul penebalan merah di daerah pipi popok dan telinga, timbul kerak di kulit kepala. Pada anak yang lebih besar tampak sering gatal, dermatitis, urticaria (biduran), bengkak di bibir, lebam biru kehitaman pada kaki (seperti bekas terbentur), bekas hitam seperti digigit nyamuk, timbul kulit keputihan (seperti panu) dan berkeringat berlebihan.

Pada penyakit celiac gangguan kulit berupa dermatitis herpetisformis dan kulit teraba kasar atau kering. Penderita celiac biasanya mengalami gagal tumbuh atau badan kecil dan sangat kurus meskipun banyak makan.

Pada penderita reaksi simpang makanan genetik yang kronis seperti penyakit celiac biasanya disertai gangguan kekurangan calsium, B12, B6 (piridoksin), vitamin E, Asam Folat, Karnitin, dan biopterin.
Gangguan perilaku yang sering dikaitkan dengan Reaksi Simpang Makanan.

GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN

usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan kepala ke belakang-membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}, sering memanjat. Gejala “Tomboy” pada anak perempuan.

• GANGGUAN TIDUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah/bolak-balik ujung ke ujung, bila tidur posisi “nungging”, berbicara/tertawa/berteriak dalam tidur, sulit tidur, malam sering terbangun/duduk, gelisah saat memulai tidur, gigi gemeretak (beradu gigi), tidur ngorok

• AGRESIF sering memukul kepala sendiri,orang atau benda di sekitarnya. Sering menggigit, mencubit, menjambak (spt “gemes”)

• GANGGUAN KONSENTRASI : CEPAT BOSAN terhadap sesuatu aktifitas (kecuali menonton televisi, baca komik atau main game), TIDAK BISA BELAJAR LAMA, terburu-buru, tidak mau antri, TIDAK TELITI, sering kehilangan barang atau sering lupa, nilai pelajaran naik turun drastis. Nilai pelajaran tertentu baik, tapi pelajaran lain buruk. Sulit menyelesaikan pelajaran sekolah dengan baik.Sering mengobrol dan mengganggu teman saat pelajaran. BIASANYA ANAK TAMPAK CERDAS DAN PINTAR.

• GANGGUAN EMOSI (mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum), keras kepala, suka membantah dan sulit diatur. Cengeng atau mudah menangis.

• GANGGUAN MOTORIK KASAR:
Tidak bisa BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK sesuai usia. Berjalan sering terjatuh dan terburu-buru, sering menabrak dan jatuh, jalan jinjit, duduk leter W/kaki ke belakang. Berjalan terlambat, mendadak jalan pincang sementara. Motorik mulut : sulit mengunyah atau menelan.

• KETERLAMBATAN BICARA
Tidak mengeluarkan kata umur < 15 bulan, hanya 4-5 kata umur 20 bulan, kemampuan bicara hilang dari yang sebelumnya bisa, biasanya > 2 tahun membaik.

• IMPULSIF : banyak bicara/tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain

• Memperberat gejala HIPERAKTIF (ADHD/ADD), AUTISME dan GANGGUAN SPEKTRUM AUTISM lainnya

MAKANAN PENYEBAB REAKSI SIMPANG MAKANAN

Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar antara 14.000 sampai 40.000 dalton. Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat menimbulkan kepekaan (sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme hapten-carrier. Perlakuan fisik misalnya pemberian panas dan tekanan dapat mengurangi imunogenisitas sampai derajat tertentu. Makanan penyebab alergi yang paling sering adalah ikan laut, telor, susu sapi, buah-buahan dan kacang-kacangan.

Terdapat juga beberapa makanan yang dapat mengganggu otak tetapi tidak melalui reaksi imunologi melainkan karena intoleransi makanan diantaranya adalah salisilat, tartarzine (zat pewarna makanan), nitrat, amine, MSG(monosodium Glutamat), antioksidan, jamur, laktose, benzoote. Makanan yang mengandung salisilat adalah ditemukan dalam buah, saur, kacang, the, kopi, bir, anggur dan obat-obatan seperti aspirherbs, spices, spreads, teh dan kopi, jus, bir, dan minuman anggur dan obat=obatan seperti aspirin. Konsestrasi tinggi terdapat dalam buah kering seperti sultanas. Tartarzine didapatkan pada makanan sosis, Amines sering diproduksi selama fermentasi dan pemecahan protein ditemukan dalam keju, coklat, anggur, bir, tempe, sayur dan buah seperti pisang, alpukat dan tomat. Benzoat ditemukan dalam beberapa buah, sayur, kacang, anggur, kopi dan sebagainya. Glutamat banyak didapatkan pada tomat, keju, mushrooms, saus, ekstrak daging dan jamur.
Monosodium Glutamat sering ditemukan pada penyedap makanan : vetsin, kecap, atau makanan lannya..

Zat aditif makanan yang dapat mengganggu saluran cerna dan gangguan otak adalah bahan pengawet, bahan pewarna, bahan pemutih, emulsifier, enzim, bahan penetap, bahan pelapis atau pengkilat, bahan Pengatur pH, bahan pemisah, perubah patiu, ragi makanan, pelarut untuk ekstraksi, bahan pemanis atau pembawa bahan anti pembekuan. Sedangkan makanan yang mengganggu pada penderita celiac adalah berupa gluten atau tepung terigu dan makanan derivatnya.

PENATALAKSANAAN KLINIK BIOMEDIS
Penanganan klinik biomedis Penanganan terbaik pada penderita gangguan reaksi simpang makanan adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Untuk mengetahui jenis reaksi simpang makanan, harus dilakukan anamnesis riwayat keluhan yang cermat, pemeriksaan fisik dan eliminasi provokasi. Disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratotium penunjang untuk membedakan apakah suatu alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit celiac atau reaksi makanan lainnya.

Pemberian ensim, obat-obatan dan vitamin lainnya dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab reaksi simpang makanan tersebut. Terapi diet tampaknya sangat berperanan dalam mengatasi masalah gangguan pada saluran cerna, sistem susunan saraf pusat dan gangguan perilaku. Terapi diet adalah mengenali secara cermat gejala reaksi simpang makanan dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gangguan pada saluran cerna, sistem susunan saraf pusat dan gangguan perilaku dapat dikurangi.

Penanganan reaksi simpang makanan dengan gangguan perilaku harus dilakukan secara holistik. Selain menghindari makanan penyebab maka diperlukan penanganan multidisiplin ilmu kesehatan anak. Bila perlu harus melibatkan bidang neurologi, psikiater, tumbuh kembang, endokrinologi, alergi, gastroenterologi dan bidang ilmu kesehatan anak lainnya

Pengertian & Karakteristik Autism Spectrum Disorder

PENGERTIAN

Istilah Autisme berasal dari kata Autos yang berarti diri sendiri Isme yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan 20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu (savant)
Anak penyandang autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
  1. Komunikasi
  2. Interaksi sosial
  3. Gangguan sensoris
  4. Pola bermain
  5. Perilaku
  6. Emosi

.

Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan pencernaan dan gejala autistik. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autistik ini mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi asam amino tapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik, peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan perilaku.

KARAKTERISTIK

Anak autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
  1. Komunikasi:
    • Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
    • Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
    • Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
    • Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain
    • Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
    • Senang meniru atau membeo (echolalia)
    • Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya
    • Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
    • Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu
  2. Interaksi sosial:
    • Penyandang autistik lebih suka menyendiri
    • Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
    • tidak tertarik untuk bermain bersama teman
    • Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
  3. Gangguan sensoris:
    • sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
    • bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
    • senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
    • tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
  4. Pola bermain:
    • Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
    • Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
    • tidak kreatif, tidak imajinatif
    • tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
    • senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
    • dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana
  5. Perilaku:
    • dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
    • Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
    • tidak suka pada perubahan
    • dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
  6. Emosi:
    • sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
    • temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya
    • kadang suka menyerang dan merusak
    • Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
    • tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain

Perkembangan normal interaksi social dan bicara anak

Perkembangan normal interaksi social dan bicara anak
Perkembangan bicara:
Usia ( bln )       Kemampuan
1 – 6                 Respon terhadap suara ( aaa, uuu, ooo )
6 – 9                 Babling ( bababa, dadada, tatata )
10 – 12             Imitasi suara, mama / papa
13 – 15             4 – 7 kata, < 20% bicara dimengerti orang lain
16 – 18             10 kata, 20% - 25% bicara dimengert orang lain
19 – 21             20 kata, 50 % bicara dimengerti orang lain,
menunjuk 3 bagian Tubuh, menyebut 3 benda
22 – 24             >  50 kata, kalimat 2 kata, 50-70% bicara dimengerti orang lain
Menunjuk, menyebut 4 gambar
2 – 2,5 th          > 400 kata, termasuk nama, kalimat 2 -3 kata memakai kata Pengganti 75%
dimengerti orang lain
2,5 – 3 th          memakai kata jamak dan waktu lampau, tahu umur, kelamin,
                        Kalimat 3 – 5 kata, 80-90% bicara dapat dimengerti
Perkembangan interaksi social
Usia                 Kemampuan
0 – 3                 melihat kemuka seseorang dan tersenyum
3 – 6                 tertawa dan menjerit gembira jika diajak bermain
6 – 9                 Mengenali wajah anggota keluarga dan takut pada orang asing, 
                        ikut dalam permainan tepuktangan dan ci luk ba
9 – 12               Berpartisipasi dalam permainan
12 – 18             memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
18 – 24             menaruh minat pada anak lain dan bermain dengan mereka